Jika diterjemahkan dalam kosakata umum, bug dapat diartikan sebagai serangga. Namun, dalam dunia pemrograman ataupun teknologi, bug pun menjadi istilah yang seringkali digunakan ketika sebuah software memiliki error atau kecacatan. Namun, pada dasarnya, baik dalam istilah asli (serangga) ataupun bug dalam dunia pemrograman, keduanya memiliki sifat yang sama yakni mengganggu dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Pada artikel kali ini, kami akan membahas seputar bug, mulai dari pengertian, penyebab hingga jenis-jenisnya.
Apa Itu Bug?
Bagi orang awam, bug kerap disamakan dengan error, karena keduanya sama-sama mengacu pada kesalahan software. Bug adalah kesalahan atau kecacatan yang kerap terjadi pada sebuah perangkat lunak komputer atau software, sehingga tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan, error adalah pesan yang disampaikan kepada pengguna untuk memberitahukan kesalahan tersebut.
Penyebab Terjadinya Bug
#1 Software yang kompleks
Semakin kompleks fungsi atau fitur sebuah software, maka dibutuh pula coding yang semakin kompleks. Kompleksitas coding inilah yang kerap membuat programmer melakukan kesalahan saat mengembangkan sebuah software.
#2 Proses testing yang bermasalah
Sebelum dirilis, biasanya software akan melalui proses uji coba atau testing. Namun sayang, proses ini kerap tidak berjalan sebagaimana mestinya. Entah karena tester, alat ataupun prosedur testing yang tidak dilakukan sesuai standar, sehingga gagal mendeteksi bug.
#3 Perubahan kode yang tidak didokumentasikan
Saat mengembangkan sebuah software, catatan merupakan hal penting. Catatan atau log ini berkaitan dengan perubahan kode yang kerap dilakukan programmer. Contoh, ketika uji coba ada laporan terjadinya kesalahan, maka programmer akan menjadikannya sebagai masukan untuk melakukan perubahan. Ketika programmer tidak memiliki catatan yang baik, hal ini akan memicu munculnya bug.
#4 Waktu pengerjaan yang singkat
Waktu pengerjaan yang singkat sering membuat programmer kurang teliti, terburu-buru, bahkan membuat proses testing tidak maksimal. Hal inilah yang membuat terjadinya bug.
#5 Kesalahan logis pada desain software
Pembuatan software biasanya dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Saat tujuan tersebut dibuat tanpa mempertimbangkan berbagai aspek, seperti bahasa pemrograman hingga waktu pengembangan, maka besar kemungkinan software tersebut akan memiliki banyak bug.
Jenis-jenis Bug
- Logic Bug. Terjadi saat software salah dalam mengeksekusi perintah, sehingga output yang dihasilkan tidak sesuai.
- Functional error. Jenis bug ini menggambarkan masalah pada fungsional software.
- Usability defects. Bug jenis ini membuat software tidak bisa berjalan maksimal. Tidak hanya karena kesalahan kode, biasanya bug jenis ini terjadi karena kesalahan desain UI.
- Security error. Sesuai dengan namanya, bug jenis ini berkaitan dengan keamanan software atau program.
- Performance defects. Bug yang berkaitan dengan kecepatan software, stabilitas ataupun response time.
- Syntax error. Bug yang kerap terjadi saat programmer melakukan kesalahan dalam penulisan kode.
- Compatibility error. Bug yang terjadi pada situasi tertentu.
Cara Mencegah Terjadinya Bug
#1 Perkuat Komunikasi Antar Programmer untuk Minimalisir Human Error
Pada dasarnya, human error menjadi salah satu hal yang paling sering menyebabkan terjadinya bug. Mengingat, manusia sendiri bertindak sebagai pencipta dari sebuah program atau software tersebut. Kurangnya komunikasi antar programmer, menjadi salah satu terjadinya human error. Sebab, komunikasi menjadi hal penting dalam sebuah tim. Bukan tidak mungkin, jika terjadi salah paham antara programmer, baik dalam skala kecil ataupun besar, akan menyebabkan terjadinya bug pada program yang sedang dikerjakan tersebut.
#2 Memperjelas System Requirements
Para developer atau programmer pun harus mengetahui nilai bisnis dari sebuah produk atau layanan teknologi yang diciptakan. Untuk itu, strategi yang dilakukan dalam hal ini adalah adanya diskusi dari tim programmer/developer dengan tim bisnis untuk membicarakan tentang fitur-fitur yang akan “menjual” di pasar, serta membahas tentang pengguanaan sistem ataupun konsekuensi teknisnya.
#3 Teknik Pemrograman
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan melakukan Test-driven Development. Dalam hal ini, Test-driven Development merupakan proses pengembangan parameter keberhasilan sebuah software sebelum menuliskan kode untuk software tersebut. Dalam hal ini, Test-driven Development berfungsi untuk membantu mengurangi bug dalam beberapa siklus seperti saat melakukan pengerjaan fitur, pengelolaan fitur, dan saat mengetahui software tersebut terjadi bug.
Pada dasarnya, bug merupakan isu software yang terasa sangat sepele, tetapi jika tidak ditangani secara baik, berpotensi menyebabkan kerugian besar. Itu sebabnya, sebagai brand, kita harus memperhatikan kualitas suatu produk ataupun mengidentifikasi setiap bug yang mungkin terjadi. Beberapa cara untuk mencegah bug adalah dengan mengikuti tips dari Ivosights di atas. Selamat mencoba!